Rabu, 03 Juli 2013

Sosialisasi


SOSIALISASI
1.      PENGERTIAN SOSIALISASI
Sosialisasi (socialization) adalah kebiasaan-kebiasaan yang dimiliki oleh manusia didapat melalui proses belajar yang di pelajari oleh anggota baru masyarakat.
·         Menurut Peter Berger (1978), Sosialisasi adalah suatu proses melalui mana seseorang belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat (Manusia dimasukkan ke dalam manusia)
·         Menurut Charlotte BuhlerSosialisasi adalah proses yang membantu individu-individu belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup, dan berpikir kelompoknya agar ia dapat berperan dan berfungsi dengan kelompoknya.
·         Menurut Paul B. Horton, Sosialisasi adalah suatu proses dimana seseorang menghayati serta memahami norma-norma dalam masyarakat tempat tinggalnya sehingga akan membentuk kepribadiannya.
·         Menurut Soerjono Soekanto, Sosialisasi adalah proses mengkomunikasikan kebudayaan kepada warga masyarakat yang baru. Sosialisasi dapat terjadi melalui interaksi social secara langsung ataupun tidak langsung. Proses sosialisasi dapat berlangsung melalui kelompok social, seperti keluarga, teman sepermainan dan sekolah, lingkungan kerja, maupun media massa.
·         Menurut Koentjaraningrat,Sosialisasi adalah seluruh proses di mana seorang individu sejak masa kanak-kanak sampai dewasa, berkembang, berhubungan, mengenal, dan menyesuaikan diri dengan individu-individu lain yang hidup dalam masyarakat sekitarnya.
·         Menurut Irvin L. Child, Sosialisasi adalah segenap proses yang menuntut individu mengembangkan potensi tingkah laku aktualnya yang diyakini kebenarannya dan telah menjadi kebiasaan serta sesuai dengan standar dari kelompoknya.
Sosialisai adalah kebiasaan yang dipunyai manusia yang dipelajari oleh anggota baru masyarakat melalui proses. Menurut berger dan sejumlah tokoh sosiologi, yang dipelajari dalam proses sosialisasi adalah peranan-peranan yaitu tindakan-tindakan yang seharusnya dilakukan oleh seseorang sesuai dengan kedudukannya (statusnya).
2.      TAHAP-TAHAP PENGEMBANGAN DIRI
Menurut George Herbert Mead dalam bukunya mind, self, and society (1972), ada  tahap perkembangan diri manusia:
a.       Play Stage
Dalam tahap ini, seorang anak kecil mulai belajar mengambi peranan orang yang berada di sekitarnya dengan meniru (imitasi) orang tuanya, kakaknya, tetangganya atau orang yang sering berinteraksi dengannya.
b.      Game Stage
Pada tahap ini, seseorang anak tidak hanya mengetahui peranan yang harus di jalankannya, tetapi telah mengetahui peranan yang di jalankan orang lain dengan siapa ia berinteraksi. Anak tersebut sudah menyadari peran yang ia jalankan dan peran orang lain. Misalnya dalam bermain sepak bola ia menyadari adanya peranan sebagai wasit, sebagai kiper, dan sebagai penjaga garis.
c.       Signficant other
Orang’s penting dengan siapa orang berinteraksi dalam proses sosialisasi.
d.      Generalized other
Dalam tahap ini, seorang anak telah memahami peranan orang lain yang lebih luas melalui interaksi pula ia mampu memilih peranan yang ia kehendaki sehingga ia memiliki jati diri.
Menurut  Mead, diri seseorang terbentuk melalui proses sosialisasi.
Menurut Charles H. Cooley, Konsep diri (looking-glass-self) seseorang berkembang melalui interaksi dengan orang lain. Diri seseorang memantulkan apa yang dirasakan sebagai tanggapan masyarakat terhadapnya. Menurut Cooley, looking-glass-self berlangsung melalui tiga tahap berikut:
a.       Persepsi kita tentang bagaimana kita memandang orang lain
b.      Persepsi kita tentang penilaian mereka mengenai cara pandang kita
c.       Peranan kita tentang penilaian-penilaian ini.
Menurut Cooley, melalui sosialisasi seseorang secara bertahap dapat mengembangkan kemampuannya.
3.      TUJUAN SOSIALISASI
Tujuan soosialisasi antara lain adalah sebagai berikut:
a.       Membekali seseorang dengan ketrampilan yang di butuhkan dalam kehidupan bermasyarakat.
b.      Mengembangkan kemampuan berkomunikasi secara efektif seperti membaca, menulis, dan bebicara.
c.       Mengendalikan fungsi-fungsi organik melalui latihan mawas diri yang tepat
d.      Membiasakan diri berperilaku sesuai dengan nilai-nilai dan kepercayaan pokok yang ada di masyarakat
4.      TIPE SOSIALISASI
 Ada dua tipe sosialisasi yaitu:
a.       Formal
Sosialisasi tipe ini terjadi melalui lembaga-lembaga yang berwenang menurut ketentuan yang berlaku dalam negara, seperti pendidikan di sekolah dan pendidikan militer.
b.      Informal
Sosialisasi ini terdapat di masyarakat atau dalam pergaulan yang bersifat kekeluargaan seperti antara teman, sahabat, sesama anggota klub, dan kelompok-kelompok sosial yang ada di masyarakat.
5.      MACAM-MACAM SOSIALISASI
·         Sosialisasi Primer
Adalah Sosialisasi paling dini atau pertama yang di terima individu dari lingkungan keluarganya. Tempat sosialisasi primer adalah keluarga, karena manusia pada umumnya lahir di tengah-tengah keluarga. Menurut Peter L. Berger dan Luckmann, sosialisasi primer adalah sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat (keluarga). Pada sosialisasi ini, anak mulai mengenal anggota keluarga yang lain dan lingkungan keluarganya. Secara bertahap dia mulai mampu membedakan dirinya dengan anggota keluarga yang lain dan orang-orang di sekitar keluarganya. Pada tahap ini, peran anggota keluarga sangat menentukan corak kepribadian anak. Dengan demikian sosialisasi primer bukan saja berpengaruh pada masa awal anak mulai menjalani sosialisasi, tetapi lebih dari itu, apa yang telah diserap anak di masa tersebut akan mendarah daging pada diri anak dan menjadi ciri mendasar kepribadian anak setelah dewasa.
·         Sosialisasi Sekunder
Sosialisasi sekunder merupakan lanjutan dari sosialisasi primer. Sosialisasi sekunder mengajarkan nilai-nilai baru di luar lingkungan keluarganya, seperti di sekolah, lingkungan bermain dan lingkungan kerja.
6. AGEN ATAU MEDIA SOSIALISASI
A. Keluarga
Pada umumnya seseorang memulai kehidupannya dari seorang keluarga. Melalui interaksi sosial dalam keluarga, anak mempelajari pola perilaku, sikap, keyakinan, cita-cita dan nilai dalam masyarakat dalam rangka mengembangkan kepribadiannya. Menurut Gertrude jaeger (1977) mengemukakan bahwa peranan agen sosialisasi pada tahap awal (primer), terutama peran orang tua sangat penting.
B. Kelompok Bermain
Kelompok teman sepermainanmempunyai pengaruh besar dan berperan kuat dalam membentuk pribadi si anak. Dalam kelompok ini, anak belajar bersosialisasi dan belajar bagaimana mematuhi aturan-aturan yang terdapat dalam kelompok bermainnya. Pada tahap ini, anak memasuki game stage, fase dimana ia mulai mempelajari berbagai aturan yang mengatur peranan orang-orang yang kedudukannya sederajat.
C. Sekolah (Pendidikan)
            Sekolah merupakan jenjang peralihan antara keluarga dan masyarakat serta tempat berlangsungnya proses sosialisasi secara formal. Pendidikan di sekolah berfungsi mengembangkan kepribadian anak secar keseluruhan dan ideal. Sosialisasi di sekolah sangat mendukung sosialisasi yang berlangsung di masyarakat.
Robert Dreeben berpendapat bahwa yang dipelajari anak di sekolah, di samping membaca, menulis, dan berhitung adalah aturan mengenai kemandirian (independence), prestasi (achievement), universalisme (universalism), spesifisitas (specyficity).
D. Media Masa
            Media massa mempunyai pengaruh besar terhadap masyarakat dan berpera penting sebagai agen sosialisasi yang amat penting. Pesan-Pesan yang ditayangkan melalui media elektronik (Tv, film) dapat mengarahkan khalayak ke arah perilaku prososial atau antisosial.
Selain keluarga, sekolah, kelompok bermain dan media massa, sosialisasi juga dilakukan oleh institusi agama, tetangga, organisasi rekreasional, masyarakat, dan lingkungan pekerjaan. Semuanya membantu seseorang membentuk pandangannya sendiri tentang dunianya dan membuat presepsi mengenai tindakan-tindakan yang pantas dan tidak pantas dilakukan. Dalam beberapa kasus, pengaruh-pengaruh agen-agen ini sangat besar.
7.      POLA-POLA SOSIALISASI
Sosialisasi selain sebagai proses belajar dan mewariskan suatu kebudayaan dari satu generasi ke generasi berikutnya, juga sebagai sarana untuk mengembangkan diri sendiri yang berarti membangun diri sendiri untuk membentuk kepribadiannya. Dalam sosialisasi dikenal dua macam pola sosialisasi, yaitu sosialisasi represif (repressive socialization) dan sosialisasi partisipatif (partisipatory socialization).
a.      Sosialisasi Represif
Di masyarakat seringkali kita melihat ada orang tua yang memberikan hukuman fisik pada anak yang tidak menaati perintahnya. Misalnya memukul anak yang tidak mau belajar, atau mengunci anak di kamar mandi karena berkelahi dengan teman. Contoh ini merupakan salah satu bentuk sosialisasi represif yang ada di sekitar kita. Dari contoh tersebut dapatkah kamu menyimpulkan apa sebenarnya sosialisasi represif itu? Sosialisasi represif merupakan sosialisasi yang lebih menekankan penggunaan hukuman, terutama hukuman fisik terhadap kesalahan yang dilakukan anak. Adapun ciri-ciri sosialisasi represif di antaranya adalah sebagai berikut.
1) Menghukum perilaku yang keliru.
2) Adanya hukuman dan imbalan materiil.
3) Kepatuhan anak kepada orang tua.
4) Perintah sebagai komunikasi.
5) Komunikasi nonverbal atau komunikasi satu arah yang berasal dari orang tua.
6) Sosialisasi berpusat pada orang tua.
7) Anak memerhatikan harapan orang tua. Dalam keluarga biasanya didominasi orang tua. Sosialisasi represif umumnya dilakukan oleh orang tua yang otoriter. Sikap orang tua yang otoriter dapat menghambat pembentukan kepribadian seorang anak.
b. Sosialisasi Partisipatif
Pola ini lebih menekankan pada interaksi anak yang menjadi pusat sosialisasi. Dalam pola ini, bahasa merupakan sarana yang paling baik sebagai alat untuk membentuk hati nurani seseorang dan sebagai perantara dalam pengembangan diri. Dengan bahasa, seseorang belajar berkomunikasi, belajar berpikir, dan mengenal diri. Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa sosialisasi partisipatif memiliki ciri-ciri antara lain sebagai berikut.
1) Memberikan imbalan bagi perilaku baik.
2) Hukuman dan imbalan bersifat simbolis.
3) Otonomi anak.
4) Interaksi sebagai komunikasi.
5) Komunikasi verbal atau komunikasi dua arah,baik dari anak maupun dari orang tua.
6) Sosialisasi berpusat pada anak.
7) Orang tua memerhatikan keinginan anak.
8. HUBUNGAN SOSIALISASI dengan ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
Sosialisasi dan Ilmu Kesehatan Masyarakat tidak pernah terpisahkan. Sosialisasi merupakan upaya mengajarkan norma dan nilai yang mapan melalui pujian dan hukuman simbolis bagi berbagai jenis perilaku (Mc Quail, 1987 : 251). Dalam studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, di setiap kegiatan pengabdian masyarakat, penyuluhan, proses pendekatan yang dilakukan dengan cara sosialisasi. Dengan sosialisasi, masyarakat akan mudah memahami segala bentuk dan tujuan mengenai suatu cara yang di sosialisasikan secara preventif. Strategi Sosialisasi di saat ini masih sangat efektif untuk memberikan kesadaran, promosi serta mampu meyakinkan dan memengaruhi masyarakat agar selalu sehat. Dalam Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, selalu diajarkan bagaimana cara bersosialisasi kepada masyarakat dengan cara atau strategi sebaik mungkin agar para mahasiswa yang nantinya menjadi sarjana Kesehatan Masyarakat mampu Mencegah penyakit yang menyebabkan sakit, dan mampu menjadikan negara ini menjadi Negara yang SEHAT.
Sosialisasi merupakn suatu proses yang amat besar signifikan bagi kelangsungan keadaan tertib masyarakat karena hanya lewat proses-proses sosialisasi itu sajalah norma-norma sosial yang menjadi determinan segala keadaan tertib sosial itu dapat diwariskan dan diteruskan dari generasi ke generasi (dengan ataupun tanpa perubahan).


Daftar Pustaka

Maryati, kun. 1999. Sosiologi Jilid 1. Jakarta: Erlangga

Narwoko, dwi j. 2006. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan Edisi Kedua. Jakarta: Kencan Prenada Media Grup




Tidak ada komentar:

Posting Komentar