BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia hidup dan
dibesarkan di dalam lingkungan sosial tertentu. Secara sosiologis, individu
merupakan representasi di kehidupan lingkungan sosialnya. Segala yang
terjadi di lingkungan sosialnya diamati, dipelajari, dan kemungkinan diintregasikan
dan di internalisasi sebagai bagian dari kehidupannya sendiri. Setiap individu
memiliki identitas sesuai lingkungan sosialnya. Apa yang dilakukan, gagasannya,
perasaannya merupakan hasil pembentukan lingkungan sosialnya.
Lingkungan sosial
secara nyata juga mempengaruhi perilaku seseorang. Dan perilaku seseorang akan
mempengaruhi status dan perannya didalam masyarakat. Status adalah posisi seseorang dalam suatu kelompok atau
posisi suatu kelompok dalam hubungannya dengan kelompok lain. Peran adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang yang
memiliki status tertentu. Peran juga berkaitan dengan nilai
sosial dari lingkungannya. Individu akan memiliki peran yang berbeda di dalam
suatu masyarakat yang disebabkan oleh faktor lingkungan sosialnya. Dan faktor
lingkungan sosial memiliki banyak pengaruh dalam kehidupan seperti faktor
lingkungan sosial terhadap kesehatan mental yaitu stratifikasi sosial,
pekerjaan, keluarga, budaya, perubahan sosial dan stressor psikososial.
Stratifikasi
sosial merupakan faktor lingkungan sosial yang sangat dibutuhkan dalam
kehidupan bermasyarakat seperti masyarakat dunia yang terdiri dari beragam
kelompok memiliki ciri-ciri pembeda berupa warna kulit, tinggi badan, jenis
kelamin, umur, tempat tinggal, kepercayaan agama, politik, pendapatan atau
pendidikan. Beberapa pendapat sosiologis mengatakan dalam semua
masyarakat dijumpai ketidaksamaan status di berbagai bidang misalnya saja dalam
dimensi ekonomi: sebagian anggota masyarakat mempunyai status kekayaan yang
berlimpah dan kesejahteraan hidupnya terjamin, sedangkan sisanya berstatus miskin
dan hidup dalam kondisi yang jauh dari sejahtera.
Apabila di tinjau
dari status sosial, banyak pendekatan yang digunakan untuk melakukan
klasifikasi secara umum status sosial itu dikelompokan atas stratanya. Strata
status sosial dikelompokan atas; strata tinggi, menengah, rendah. Setiap orang
selalu mengharapkan status sosial dalam kehidupannya adalah status sosial yang
baik sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
Seseorang
berusaha untuk meraih kesejahteraan dan kualitas hidup yang sebaik-baiknya yang
berkaitan dengan status. Dimana status seseorang merupakan sebuah peluang
hidupnya. Peluang hidup ini banyak dipengaruhi oleh stratifikasi sosial,
misalnya peluang hidup dan kesehatan seseorang dapat dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan. Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan rendah biasanya memiliki
tingkat peluang hidup dan kesehatan yang rendah pula. Hal tersebut dikarenakan
oleh semakin rendah tingkat pendidikannya, semakin rendah pengetahuan yang
didapat mengenai kesehatan. Banyak orang berpendidikan rendah tidak tahu pasti
bagaimana cara menjaga kesehatan dan mengobati penyakit sehingga justru
memperparah keadaan.
Stratifikasi sosial
merupakan konfigurasi atau pemilahan struktur sosial menggunakan parameter
graduated atau berjenjang. Hal-hal yang menyebabkan terjadinya stratifikasi
sosial adalah adanya hal-hal yang dihargai dalam masyarakat misalnya uang,
tanah, kekuasaan, kehormatan, keturunan, pendidikan, dan sebagainya. Hal-hal
tersebut tidak terdistribusi secara merata di masyarakat. Stratifikasi sosial
juga dikelompokkan dalam beberapa kriteria. Kriteria stratifikasi sosial yang
pertama yakni kriteria sosial yang meliputi pendidikan, pekerjaan, keturunan,
atau kebangsawanan, atau kehormatan. Kedua, stratifikasi berdasarkan kriteria
ekonomi yang meliputi pendapatan dan kekayaan. Ketiga, stratifikasi berdasarkan
kriteria politik yang meliputi kekuasaan.
Namun, dewasa ini
masyarakat sering tidak paham dengan pentingnya status dan peran didalam
stratifikasi pada suatu masyarakat. Untuk dapat memahami status dan peran di
dalam stratifikasi di perlukan kajian yang lebih lanjut mengenai stratifikasi
sosial. Oleh karena itu, makalah ini akan membahas mengenai hubungan antara
status di dalam stratifikasi sosial yang ada di masyarakat dan peran dari
stratifikasi sosial di dalam masyarakat serta status dan peran stratifikasi
sosial dalam kesehatan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa status dalam stratifikasi sosial di masyarakat?
2. Bagaimana peran dalam stratifikasi sosial di masyarakat?
3. Apa status dan peran melalui stratifikasi sosial
dalam kesehatan?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui hubungan antara status dari stratifikasi
sosial dalam masyarakat
2. Mengetahui peran dari stratifikasi sosial dalam
masyarakat
3. Mengetahui status dan peran stratifikasi sosial
dalam kesehatan
BAB II
ISI
2.1
Dasar Teori
A.
Pengertian
Stratifikasi Sosial
Secara harafiah: dari bahasa latin
yaitu stratum dan socius.
- Stratum (Tunggal) : tingkatan atau strata (Jamak)
yang berarti berlapis-lapis
- Socius : teman atau masyarakat
- Secara harafiah stratifikasi sosial berarti
Tingkatan-tingkatan yang ada dalam masyarakat
·
Pengertian
: Stratifikasi sosial atau pelapisan sosial adalah
pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat
(vertikal).
Menurut ahli:
v
Pitrim A. Sorokin: Pembeda penduduk
atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat.
v
Max Webber: Penggolongan
orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam
lapisan-lapisan hierarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese, dan prestise.
v
Paul B.Horton dan Chester : Sistem
perbedaan status yang berlaku dalam suatu masyarakat
v
Aristoteles : Pada jaman kuno di dalam setiap negara terdapat tiga
unsur, yaitu mereka yang kaya sekali, mereka yang melarat dan mereka yang
berada di tengah-tengahnya.
v
Adam
Smith : Masyarakat di bagi menjadi tiga, yaitu orang-orang
yang hidup dari penyewaan tanah, orang-orang yang hidup dari upah kerja, dan
orang-orang yang hidup dari keuntungan perdagangan.
v
Thorstein
Veblen : Membagi masyarakat dalam dua golongan yaitu golongan
pekerja yang berjuang mempertahankan hidup dan golongan yang banyak mempunyai
waktu luang karena kekayaannya.
v
Prof.
Selo Soemardjan : Pelapisan sosial akan selalu ada
selama dalam masyarakat terdapat sesuatu yang dihargai.
v
Robert
M.Z. Lawang : Pelapisan sosial merupakan
penggolongan orang-orang dalam suatu sistem sosial tertentu secara hierarkhis
menurut dimensi kekuasaan, privelese, dan prestise.
v
Cuber : stratifikasi sosial sebagai
suatu pola yang ditempatkan diatas kategori dari hak-hak yang berbeda.
Dari Definisi
diatas dapat disimpulkan bahwa stratifikasi sosial adalah pembedaan kelas-kelas
secara vertikal yang diwujudkan dengan adanya tingkatan masyarakat dari yang
lebih tinggi sampai yang paling rendah.
B.
Proses Terjadinya Pelapisan Stratifikasi Sosial
Pelapisan Sosial terjadi melalui dua cara sebagai berikut:
a. Secara tidak disengaja
Ciri-cirinya sebagai berikut:
1. Pelapisan sosial terbentuk sejalan dengan
perkembangan masyarakat.
2. Pelapisan sosial terbentuk diluar kontrol masyarakat
yang bersangkutan.
3. Pelapisan sosial terjadi sesuai dengan situasi dan
kondisi sosial budaya wilayah yang bersangkutan.
4. Kedudukan seseorang dalam suatu lapisan (disertai
hak dan kewajibannya) berlangsung secara otomatis.
b. Secara Sengaja
Seorang tokoh bernama Joseph scehum Peler
(1883-1950) seorang sosiologi Amerika serikat mengatakan bahwa pelapisan sosial
diperlukan masyarakat agar mampu menyesuaikan diri dengan keperluan-keperluan
yang nyata.
C.
Latar Belakang
Timbulnya Stratifikasi Sosial
Stratifikasi dalam masyarakat dapat terjadi dengan
sendirinya sebagai hasil proses dalam masyarakat. Faktor-faktor penyebabanya
adalah kemampuan atau kepandaian, umur fisik, jenis kelamin, sifat keaslian
anggota masyarakat, dan harta benda. Misalnya seseorang mempunyai kemampuan
lebih seperti fisik yang kuat dapat melindungi yang lemah dan orang yang pandai
dan bijaksana akan dijadikan pemimpin dalam masyarakat. Dengan demikian akan
terbentuk lapisan masyarakat berdasarkan kemampuan tertentu.
Beberapa kondisi
umum yang mendorong terciptanya stratifikasi sosial dalam masyarakat. Menurut
Huky (1982) yaitu faktor-faktor penyebab terbentuknya stratifikasi sosial dalam
masyarakat didukung oleh:
a.
Perbedaan ras dan budaya
Perbedaan ciri
biologis, seperti warna kulit, latar belakang etnis, budaya pada masyarakat
tertentu dapat menyebabkan pembagian sosial tertentu. Misalnya, pelapisan atas
dasar warna kulit pada masyarakat Afrika Selatan pada zaman Apartheid atau
anggapan masyarakat Eropa sebelum Perang Dunia II yang mengatakan bahwa kaum
kulit putih adalah lapisan masyarakat paling atas.
b.
Pembagian tugas yang
terspesialisasi
Posisi-posisi
dalam spesialisasi ini berkaitan dengan perbedaan fungsi stratifikasi dan
kekuasaan dari order sosial yang muncul. Perbedaan posisi atau status anggota
masyarakat berdasarkan pembagian kerja
ini terdapat dalam setiap masyarakat, baik pada masyarakat primitif maupun pada
masyarakat yang sudah maju.
c.
Kelangkaan
Adanya kelangkaan
dalam masyarakat menyangkut pembagian hak dan kewajiban. Stratifikasi lambat
laun terjadi alokasi hak dan kekuasaan yang jarang atau langka. Kelangkaan ini
terasa bila masyarakat mulai membedakan posisi, alat-alat kekuasaan dan
fungsi-fungsi yang ada dalam waktu yang sama. Kondisi yang mengandung perbedaan
hak dan kesempatan diantara para anggota masyarakat dapat menciptakan
stratifikasi sosial.
Secara umum, stratifikasi sosial terbentuk karena
hal-hal berikut:
·
Tugas dan penempatan seseorang
dalam masyarakat
·
Hadiah (reward) berdasarkan
penilaian materi/non materi
·
Kelangkaan pekerjaan karena memerlukan
keahlian/ketrampilan
Faktor-faktor penentu dari setiap
masyarakat berbeda-beda. Dalam masyarakat berburu, faktor penentu utamanya
adalah kepandaian berburu. Pada masyarakat bercocok tanam, faktor penentunya
adalah tuan tanah atau pembuka lahan. Stratifikasi sosial sengaja dibentuk
sebagai sub sistem sosial ntuk mewujudkan tujuan tertentu. Perbedaan status dan
peranan dalam stratifikasi sosial mempengaruhi prestise sosial tertentu,
sebagai penghormatan dan penghargaan dari masyarakat kepada pemegang status.
PENENTUAN STRATA
1. Kekuasaan
Kesempatan yang ada pada seseorang didalam melaksanakan kemauannya
dalam suatu tindakan
2. Previlese
Hak istimewa, Hak mendahului, Hak untuk memperoleh perlakuan khusus
3. Prestise
Kehormatan, yaitu mendapat pelayanan dan pengawalan ekstra dalam suatu
pertemuan.
D.
Dasar
Stratifikasi Sosial
Dasar stratifikasi dalam masyarakat
lebih disebabkan karena danya sesutau ya g dihargai lebih, baik itu kekayaan,
ilmu pengetahuan, kekuasaan dan sebagainya. Ukuran yang dipakai untuk
menggolongkan seseorang pada suatu lapisan tertentu adalah ukuran kumulatif dan
bukan ukuran tunggal.
Menurut Soerjono Soekanto, kriteria
yang dipakai untuk menggolongkan anggota masyarakat kepada lapisan tertentu
adalah kekayaan, kekuasaan, keturunan (kehormatan), dan ilmu pengetahuan.
Dasar-dasar stratifikasi sosial
Kriteria untuk menggolongkan masyarakat ke golongan tertentu ditentukan oleh:
a.
Kekayaan
Kriteria kekayaan berkaitan erat
dengan pendapatan. Semakin besar pendapatan seseorang semakin besar kesempatan
baginya untuk memiliki sebanyak mungkin harta benda dan semakin besar
peluangnya untuk menduduki strata atas. Orang yang memiliki harta benda banyak
(kaya) akan lebih dihargai dan dihormati masyarakat daripada orang yang miskin.
Karena itu, masyarakat menempatkan orang-orang ini pada lapisan masyarakat
atas.
b.
Kekuasaan
Kekuasaan berkaitan dengan
kemampuan seseorang untuk menentukan kehendaknya terhadap orang lain. Kekuasaan
ini sangat dipengaruhi unsur lain seperti kedudukan atau posisi seseorang dalam
masyarakat, kekayaan, yang dimiliki, kepandaian, bahkan kelicikan. Anggota
masyarakat yang memiliki kekuasaan dan wewenang terbesar akan menempati lapisan
sosial yang paling atas. Sebaliknya, anggota masyarakat yang tidak mempunyai
kekuasaan serta hanya menjadi bawahan akan menempati lapisan bawah.
c.
Kehormatan
Kehormatan dapat terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan atau kekuasaan.
Orang-orang yang disegani atau dihormati akan menempati lapisan atas dari
sistem pelapisan sosial masyarakatnya. Ukuran kehormatan ini sangat terasa pada
masyarakat tradisional, biasanya mereka
sangat menghormati orang-orang yang banyak jasanya kepada masyarakat, para orang tua
ataupun orang-orang yang berprilaku dan berbudi luhur.
d.
Keturunan
Kriteria keturunan terlepas dari
kekayaan dan kekuasaan. Dalam masyarakat feodal, anggota masyarakat dari
keluarga raja atau kaum bangsawan akan menempati lapisan atas. Mereka umumnya
dikenal dengan ungkapan orang berdarah
biru.
e.
Pendidikan/pengetahuan
Dalam masyarakat yang menghargai
ilmu pengetahuan atau pendidikan, orang yang memiliki keahlian atau
profesionalis akan mendapatkan penghargaan yang lebih besar dibanding orang
yang tidak memiliki keahlian dan berpendidikan rendah ataupun buta huruf.
Stratifikasi timbul karena adanya
sesuatu yang dihargai. Pada masyarakat modern, dasar stratifikasinya meliputi
kekayaan, pendidikan, kekuasaan, kelangkaan. Pada masyarakat Pedesaan, Dasar
stratifikasinya meliputi Kekayaan, kebangsawanan, senioritas, jenis kelamin,
kuat fisik, martabat, kehormatan.
E.
Unsur-Unsur
Stratifikasi Sosial
Unsur-unsur
stratifikasi sosial Stratifikasi sosial memiliki dua unsur yaitu:
a.
Status dan Kedudukan
Status adalah posisi seseorang
dalam suatu kelompok sosial. Status merupakan pencerminan hak dan kewajiban
dalam tingkah laku manusia. Ada 3 cara memperoleh status:
- Ascribe Status merupakan kedudukan yang di peroleh
seseorang secara otomatis tanpa usaha yaitu melalui
kelahiran. Misalnya, seorang anak memperoleh gelar bangsawan dari
orang tuanya.
- Achived Status merupakan status atau kedudukan
seseorang yang diperoleh melalui usaha-usaha yang
disengaja. Kedudukan ini bersifat tebuka bagi siapa saja. Misalnya
kedudukan yang diperoleh melalui pendidikan, seperti dokter, insinyur,
guru dll.
- Assigned Status merupakan status atau kedudukan
yang diberikan. Kedudukan ini merupakan kombinasidari peolehan status
melalui usaha dan di peroleh secara otomatis. Status ini diperoleh melalui
penghargaan atau pemberian dari pihak lain. Misalnya, jasa atas perjuangan
sesuatu untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat. Contoh: gelar
pahlawan, penerima kalpatru dan siswa teladan.
Dalam kehidupan masyarakat selalu
ada benturan-benturan atau pertentangan yang dialami seseorang yang berkaitan
dengan status yang dimilikinya. Hal ini disebut Konflik status. Konflik status
dapat dibedakan menjadi 3 sebagai berikut:
1.
Konflik status bersifat Individual
Konflik status yang dirasakan oleh orang yang bersangkutan
dan batinnya sendiri. Contoh: seorang wnita harus memilih menjadi ibu rumah
tangga atau wanita karir yang bekerja di kantor.
2.
Konflik status bersifat antar
kelompok
Konflik kedudukan atau status yang terjadi antara kelompok
satu dan kelompok lain. Contoh: peraturan yang dikeluarkan oleh suatu
departemen bertentangan dengan dengan departemen lain sehingga menimbulkan
konflik antara keduanya.
3.
Konflik status bersifat antar
individu
Konflik status yang terjadi antar individu yang satu
dengan yang lain. Contoh:
·
Seorang istri bertengkar dengan
suaminya karena masalah kenakalan anaknya.
·
Seorang polisi harus menangkap
penjahat untuk mewujudkan keamanan dan ketertiban masyarakat, walaupun penjahat
itu adalah anaknya.
Simbol status
adalah penggunaan simbol-simbol/lambang untuk menunjukan kedudukan seseorang
dalam masyarakat yang diwujudkan dalam bentuk tingkah laku seseorang/kelompok yang
sesuai dengan status yang dimilikinya yang dapat dilihat dari kehidupannya
sehari-harimelalui ciri-ciri tertentu, seperti gaya bicara, cara berpakaian,
cara rekreasi, cara menggunakan waktu senggang, memakai tanda pangkat dan sebagainya.
b.
Peran
Peran adalah perilaku yang sesungguhnya dari orang yang
melakukan peranan. Menurut Soerjono
Soekanto di dalam peran mengandung tiga hal:
§
Norma-norma di dalam masyarakat
Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi
atau tempat seseorang dalam masyarakat yang merupakan rangkaian
peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.
§
Konsep tentang yang dilakukan
Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat
dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi
§
Perilaku individu
Peranan sebagai perilaku individu yang penting bagi
struktur sosial masyarakat
Peran
merupakan aspek yang dinamis dari suatu kedudukan atau status. Peranan memiliki
beberapa fungsi bagi individu maupun orang lain. Fungsi-funsi tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Mempertahankan kelangsungan struktur masyarakat
b. Membantu mereka yang tidak mampu dalam masyarakat
c. Menjadi sarana aktualisasi diri
Konflik
peranan timbul apabila orang harus memilih peranan dari dari dua status atau
lebih yang dimilikinya. Umumnya konflik timbul karena peranan-peranan itu
saling bertentangan. Hal ini umumnya terjadi ketika seseorang berada dalam
keadaan tertekan karena merasa dirinya tidak mampu atau tidak sesuai untuk
melakukan perannya dengan sempurna.
F. Macam-Macam Pelapisan
(stratifikasi) sosial
1. Berdasarkan status yang diperoleh secara Alami
a. Stratifikasi berdasarkan perbedaan usia
b. Stratifikasi berdasarkan senioritas
c. Stratifikasi berdasarkan jenis kelamin
d. Stratifikasi berdasarkan sistem kekerabatan
e. Stratifikasi berdasarkan keanggotaan dalam kelompok
tertentu
2. Berdasarkan status yang diperoleh melalui serangkan
usaha
a. Stratifikasi sosial atas dasar pendidikan
b. Stratifikasi sosial atas dasar pekerjaan
Berdasarkan maka pencaharian stratifikasi sosial dibedakan
sbb:
- Elite: orang-orang kaya yang menempati kedudukan
tertinggi
- Prefesional : orang-orang yang berijazah dan
bergelar kesarjanaan
- Semi profesional : para pegawai kantor, pedagang,
teknisi berpendidikan menengah
- Tenaga terampil : orang-orang yang mempunyai
keterampilan teknik mekanik.
- Tenaga tidak terdidik : misal, pembantu rumah
tangga dan tukang kebun.
c. Stratifikasi sosial atas dasar ekonomi
d. Stratifikasi sosial atas dasar kriteria sosial
e. Stratifikasi atas dasar kriteria politik
Seorang tokoh bernama Mac Iver menyebutkan adanya tiga pola umum dalam stratifikasi
politik yaitu:
a. Tipe kasta
Sistem lapisan kekuasaan dengan garis-garis pemisah
yang tegas dan kaku.
b. Tipe oligarki
Tipe ini mempunyai garis pemisah yang tegas, tetapi
dasar untuk menentukan perbedaan kelas.
c.
Tipe
Demokrastis
Garis-garis pemisah
antara lapisan luwes/fleksibel/tidak kaku.
G.
Sifat dan
Fungsi Stratifikasi Sosial
Menurut Soerjono Soekanto, dilihat dari
sifatnya, stratifikasi sosial dibedakan menjadi:
1. Stratifikasi sosial tertutup (closed social
stratification)
Stratifikasi dimana anggota dari setiap strata sulit
mengadakan mobilitas vertical. Stratifikasi sosial ini bersifat diskriminatif.
2. Stratifikasi sosial terbuka (opened social
stratification)
Stratifikasi ini bersifat demokratis. Kemungkinan
mobilitas sangat besar.
3. Stratifikasi sosial campuran
Stratifikasi sosial merupakan kombinasi antara
stratifikasi sosial tertutup dan terbuka.
Fungsi Stratifikasi sosial yaitu sebagai berikut:
Ø
Distribusi
hak-hak istimewa yang objectif, seperti menentukan penghasilan, tingkat
kekayaan, keselamatan dan wewenang
Ø
Sistem
pertanggaan pada strata yang diciptakan masyarakat yang menyangkut prestise dan
penghargaan
Ø
Kriteria sistem
pertentangan yaitu apakah didapat melalui kualitas pribadi, keanggotaan
kelompok, kerabat tertentu, milik, wewenang atau kekuasaan.
Ø
Penentu
lambang-lambang (simbol status) atau kedudukan, seperti tingkah laku, cara
berpakaian dan bentuk rumah.
Ø
Tingkat mudah
sukarnya bertukar kedudukan
Ø
Alat
solidaritas diantara individu-individu atau kelompok yang menduduki sistem
sosial yang sama dalam masyarakat.
H.
Pembagian Kelas
atau Golongan
Terdapat beberapa
karakteristik stratifikasi sosial yang umumnya terjadi dalam masyarakat.
Karakteristik-karakteristik tersebut adalah sebagai berikut.
·
Adanya
perbedaan status dan peranan
·
Adanya
distribusi hak dan kewajiban
·
Adanya prestise
dan penghargaan
·
Adanya simbol
dalam status
·
Adanya pola
interaksi yang berbeda
·
Adanya
stratifikasi yang melibatkan kelompok
·
Adanya
strstifiksi yang bersifat universal
Bentuk pembagian kelas atau golongan tentu berbeda
antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lainnya. Bentuk itu sangat
dipengaruhi oleh faktor yang menjadi dasarnya yaitu:
1.
Ekonomi
Pembagian atau
pelapisan masyarakat berdasarkan ekonomi akan membedakan masyarakat atas
kepemilikan harta. Berdasarkan atas kepemilikan harta, masyarakat dibagi dalam
3 kelas:
-
Kelas atas
Terdiri dari kelompok
orang-orang kaya yang dengan leluasa dapat memenuhi kebutuhan hidupnya bahkan
secara berlebihan.
-
Kelas menengah
Terdiri dari kelompok
orang-orang berkecukupan yang sudah bisa memenuhi kebutuhan pokok
-
Kelas bawah
Terdiri dari kelompok
orang miskin yang masih belum bisa memenuhi kebutuhan primer
Secara umum, pelapisan masyarakat di
negara-negara demokratis meliputi enm golongan sebagai berikut:
·
Elite
Orang-orang kaya dan
orang-orang yang menempati kedudukan/pekerjaan yang oleh masyarakat sangat
dinilai atau dihargai.
·
Profesional
Orang-orang yang
berijazah dan bergelar serta dari dunia perdagangan yang berhasil
·
Semi
profesional
Pegawai kantor,
pedagang, teknisi yang berpendidikan menengah, dan mereka yang tidak bergelar
·
Skill
Orang-orang yang
mempunyai ketrampilan mekanis, teknis, dan kapster
·
Semi skill
Pekerja pabrik tanpa
ketrampilan, supir, pelayan restoran
·
Unskill
Pramuwisma, tukang
kebun, pasukan kuning (pegawai kebersihan jalan)
2.
Sosial
Sistem pelapisan yang
mengelompokan masyarakat menurut status. Umumnya nilai dan status seseorang
dalam masyarakat di ukur dari prestise atau gengsi.
3.
Politik
Pelapisan masyarakat
didasarkan pada wewenang dan kekuasaan. Makin besar wewenang atau kekuasaan
seseorang, semakin tinggi lapisan sosialnya
2.2 Pembahasan
A.
Status dalam Stratifikasi
Sosial di Masyarakat
Dalam setiap kehidupan sosial,
setiap orang memiliki tempatnya sendiri yang berbeda dari orang lain. Contohnya apabila dalam masyarakat ada orang yang berstatus sebagai perawat, SKM,
dokter, bidan, atau pasien, maka terhadap
individu-individu tersebut diharapkan muncul perilaku yang sesuai dengan
statusnya masing-masing.
Status merupakan bagian yang tidak
terlepaskan dari stratifikasi. Status merupakan suatu lapisan di dalam
kehidupan bermasyarakat. Dalam masyarakat, seseorang dapat memiliki lebih dari satu status (kedudukan) yang
disebut perangkat status atau status set. Contohnya: Pak Karno saat berada di
rumah, ia berstatus sebagai seorang ayah. Dan saat di Sekolah, ia berstatus
sebagai seorang guru. Sedangkan saat ia berada di lingkungan masyarakat, ia berstatus
sebagai seorang ketua RW. Dengan demikian, Pak Karno memiliki lebih dari satu
status.
Status
sosial adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial. Status
sosial merupakan manifestasi dari stratifikasi sosial yang berkaitan dengan
prinsip yang dianut oleh komunitas dalam mengkonsumsi kekayaannya dan/atau gaya
hidupnya. Contohnya: Seseorang yang berstatus sebagai dokter dimana sebagian
besar anggota profesi kedokteran ini berasal dari tingkat sosial ekonomi
menengah ke atas. Hal ini sering mempengaruhi hubungan dokter-pasien.
Penstratifikasian profesi ini dipengeruhi oleh tingkat kekayaan individu dan
penstratifikasian ini kerap kali memberikan kesenjangan antara dokter dan
pasien. Penstratifikasia sosial ini bukan hanya berbeda peranan mereka dibidang
kesehatan dan bidang ekonomi tetapi criteria
lainnya adalah berdasarkan latar belakang pendidikan, pemilikan rumah,
pemilikan alat transportasi, dan juga pelayanan kesehatan.
Setiap
status menyediakan panduan bagaimana seseorang harus bertindak dan berperasaan.
Status menempatkan seseorang pada batas apa yang dapat atau tidak dapat di
lakukan karena status sosial merupakan bagian yang hakiki dalam struktur
sosial, maka status sosial ditemukan dalam semua kelompok manusia. Contohnya: Seorang
Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) harus bertindak sesuai dengan kompetensinya
yang menempatkan pada batas yang dapat dilakukan dan yang tidak dapat
dilakukan. SKM memiliki kegiatan real untuk mencegah terjadinya berbagai
masalah kesehatan, khususnya yang diakibatkan oleh lingkungan yang kurang sehat
(penyakit berbasis lingkungan). Kompetensi yang dimiliki SKM diaplikasikan di
wilayah kerja Puskesmas dimana berguna untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Kompetensi yang dimiliki Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
sangatlah bermanfaat dalam mengatasi permasalahan kesehatan masyarakat berbasis
lingkungan. Misalnya pada kasus Demam Berdarah Dengue (DBD), kasus ini
sebenarnya bisa dicegah jika para profesi kesehatan masyarakat ditempatkan
dengan baik di struktural pemerintah. Dimana disesuaikan bidang yang ditekuni,
namun realita yang ada pemeritah melalui Departemen Kesehatan serta jajarannya
belum memanfaatkan profesi kesehatan masyarakat secara maksimal.
B.
Peran dalam Stratifikasi
Sosial di Masyarakat
Seperti
halnya status, peran yang dijalankan seseorang juga bisa bermacam-macam.
Sejumlah peran yang saling berhubungan dan melekat pada satu status tertentu
disebut perangkat peran atau role set. Contohnya: Seseorang
yang berstatus sebagai Perawat berperan menjadi tenaga medis untuk memberikan perawatan
bagi orang sakit.
Peran
diibaratkan dengan sebuah pagar. Dimana peran memungkinkan kebebasan tertentu
bagi seseorang. Namun, bagi orang lain kebebasan tersebut bersifat terbatas. Contoh:
Perawat
merupakan salah satu komponen penting dan strategis dalam pelaksanaan pelayanan
kesehatan. Kehadiran dan peran perawat tidak dapat diabaikan. Dalam menjalankan
tugasnya, perawat dituntut untuk memahami proses dan standar praktik
keperawatan.
Dalam
arti sosiologis, peran memaparkan apa yang diharapkan seseorang. Ketika
individu di seluruh masyarakat menjalankan perannya maka peran tersebut akan
saling bertaut untuk membentuk sesuatu yang disebut sebagai masyarakat.
Peran
yang dilakukan oleh seseorang merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan
terkait dengan status yang dimilikinya. Dengan demikian, peran dapat diartikan
sebagai perilaku yang diharapkan seseorang dengan status yang disandangnya.
Perilaku yang telah dijalankan itu merupakan perilaku yang sesungguhnya atau
disebut perilaku peran.
Peran
sosial adalah tingkah laku yang diharapkan dari orang yang memiliki kedudukan
atau status. Antara kedudukan dan peranan tidak dapat dipisahkan. Tidak ada
peranan tanpa status atau kedudukan. Seseorang dapat menjalankan lebih daripada
satu peran sekaligus. Sejumlah peran yang saling berhubungan dan melekat pada
satu status tertentu merupak perangkat peran.
Peran dimaknai sebagai satu pola tingkah
laku, kepercayaan, nilai, sikap yang diharapkan oleh masyarakat muncul dan
menandai sifat dan tindakan si pemegang status atau kedudukan sosial. Dalam
suatu lingkungan, seseorang berkewajiban untuk menunjukkan peran sosial sesuai dengan
statusnya. Sementara di lain pihak, mungkin pula dia dapat berperan sebagai
status yang berbeda. Contoh : seorang dokter yang merawat mertuanya. Apabila di
tempat perawatan, si mertua tersebut adalah pasien dari dokter maka dia harus
patuh dan taat pada dokter. Sedangkan apabila di rumah, sang dokter harus
hormat dan patuh pada mertuanya. Pada situasi seperti ini, memang ada kalanya
peran seseorang seringkali berbeda tergantung pada situasi sosial masing-masing
individu.
Peran
merupakan serangkaian peran atau konsep tentang apa saja yang dilakukan
individu dalam masyarakat. Peran memiliki fungsi mengarahkan seseorang
melakukan hal-hal yang sesuai dengan status sosialnya. Peranan
mengatur perilaku seseorang. Orang yang bersangkutan akan dapat menyesuaikan
perilaku sendiri dengan perilaku orang lain.
Ketegangan
peran adalah suatu keadaan yang menunjukan ketidaksanggupan individu
menjalankan perannya karena dianggap tidak sesuai dengan keberadaan dirinya. Contoh :
Sebuah keluarga miskin tinggal rumah sempit yang kumuh. Suatu hari datang
adik-adik suaminya ikut tinggal bersamanya untuk mencari pekerjaan. Istri
merasa wajib memberi makan dan tempat tidur yang layak bagi mereka. Namun
bersama dengan itu, sang istri merasakan keterbatasan uang dan ruang gerak dan
dituntut untuk lebih memperhatikan anaknya. Lalu kemudian ia terbaring sakit
dirumahnya. Atas anjuran saudara-saudaranya maka adik-adik suaminya pindah dan
istrinya sembuh kembali. Melalui peran sakit istri, maka keluarga tersebut
dapat terhindar dari ketegangan peran yang diberikan oleh adik-adik suaminya yang
dapat merusak keluarga. Dalam konteks politik, peran sakit si istri memiliki
nilai yang berbeda dibandingkan sakitnya orang yang lainnya, yaitu ada peran
sakit : Sebagai alat untuk menekan dan memaksakan kehendak pada orang lain
sehingga tujuan yang diinginkannya dikabulkan.
C.
Status dan
Peran melalui Stratifikasi Sosial dalam Kesehatan
Terdapatnya stratifikasi sosial di masyarakat mempengaruhi
timbulnya perbedaan gaya hidup, peluang hidup dan kesehatan, peluang bekerja
dan berusaha, respons terhadap perubahan, kebahagiaan dan sosialisasi dalam
keluarga, serta perilaku politik. Gaya hidup adalah hal yang dapat mempengaruhi
dan dipengaruhi oleh tingkat ekonomi, yang tentu saja juga mempengaruhi peluang
hidup dan kesehatan. Orang-orang kelas atas memiliki cukup uang untuk menjalani
gaya hidup yang sehat dan terbiasa memiliki selera makanan yang berkualitas
baik. Sebaliknya dengan orang-orang kelas bawah yang memiliki banyak
keterbatasan. Orang-orang kelas bawah suka meniru gaya hidup orang atas, yang
kadang justru membuat pengeluaran uangnya menjadi boros dan tidak maksimal
untuk menjaga kesehatan. Akan tetapi, orang-orang kelas atas sering salah
langkah dalam menjalani gaya hidup. Misalnya saja mereka mudah terpengaruh gaya
hidup orang barat yang suka mengkonsumsi fast food yang tidak baik bagi
kesehatan.
Stratifikasi sosial dalam hal status (meliputi
kedudukan dan peran sosial). Kedudukan adalah tempat secara umum seseorang
berhubungan dengan orang lain dalam lingkungan pergaulan, prestise, hak dan
kewajiban. Peran merupakan serangkaian peran atau konsep tentang apa saja yang
dilakukan individu dalam masyarakat. Peran memiliki fungsi mengarahkan
seseorang melakukan hal-hal yang sesuai dengan status sosialnya.
Stratifikasi memiliki status dan peran dengan
menentukan apa yang di perbuat seseorang dan kesepakatan apa yang diberikan
masyarakat padanya. Di dalam kehidupan bermasyarakat, peran merupakan konsekuensi
dari status seseorang.
Status dan
peran memiliki hubungan yang erat dan sulit sekali dipisahkan karena merupakan
unsur penentu bagi penempatan seseorang dalam strata tertentu dalam masyarakat.
Misalnya sebuah status pendidik kesehatan yang memberikan pendidikan kesehatan
berdasarkan tingkat strata tiap petugas kesehatan. Peran pendidik kesehatan terhadap perubahan perilaku
didalam masyarakat. Menurut Blum, perilaku itu lebih besar perannya dalam
menentukan pemanfaatan sarana kesehatan, dibandingkan dengan penyediaan sarana
kesehatan itu sendiri. Pengalaman menunujukan bahwa penyediaan dan penambahan
sarana pelayanan tidaklah selalu diikuti oleh peningkatan pemanfaatan sarana
sarana tersebut. Misalnya, puskesmas dan posyandu di daerah-daerah tertentu
tidaklah dimanfaatkan secara. Oleh karena itu, jika kita menginginkan
peningkatan derajat kesehatan masyarakat maka kita harus bersedia dan mampu
mengubah perilaku masyarakat.
Stratifikasi
sosial sering kali ditemukan dalam pelayanan di bidang kesehatan. Pelayanan di bidang
kesehatan merupakan salah satu dimensi stratifikasi yang tidak dapat dipengaruhi
oleh kaum kapitalis. Orang berpenghasilan rendah yang sulit mendapatkan
kesejahteraan di bidang kesehatan dan orang kaya yang dengan mudah mendapatkan pelayanan
yang baik dan berkelas di bidang kesehatan.
Tiga dasar
stratifikasi dalam sistem kesehatan yaitu:
1. Profesionalisme
Orang –
orang yang terlatih dalam profesi tertentu, yang memiliki keahlian untuk
menilai aspek – aspek tehnik kedokteran. Karena adanya otonomi ini, maka dokter
dapat mendominasi pembagian kerja dalam bidang kedokteran. Wewenang tersebut
dapat diperluas pada aspek–aspek social, ekonomi dari pelayanan kesehatan.
Wewenang yang dimiliki dokter pada umumnya didasarkan atas pertimbangan
rasional.
2. Elitisme
Elitisme di
bidang kedokteran membuat para dokter mengambil pendidikan spesialisasi, dan
juga bekerja pada rumah sakit yang biasanya telah dipenuhi oleh tenaga ahli,
sehingga rumah sakit yang seharusnya membutuhkan tenaga ahli malah tidak
memperolehnya. Implikasi elitisme meluas sehingga akibatnya mereka cenderung
bekerja untuk rumah sakit – rumah sakit besar. Dan sebaliknya bagi dokter –
dokter yang tidak memiliki kesempatan untuk melanjutkan pendidikan spesialisasi
yang bekerja pada tempat yang jauh menyebabkan kualitas pelayanan mereka buruk
pada pasien.
3. Keterbatasan
komunikasi dan stratifikasi medis (Stratifikasi dan penyembunyian informasi)
Ada kompetensi
(jurang/gap) antara dokter dengan pasien dikarenakan
adanya perbedaan pengetahuan yang dianggap sebagai satu potensi pemerasan tanpa memandang pendidikan sehingga pasien menjadi tunduk pada dokter. Tunduk pada dokter ini berupa kepercayaan (pola normatif).
Jurang
kompetensi atau gap merupakan suatu sumber stratifikasi dalam bidang kesehatan,
ketidaktahuan pasien merupakan salah satu potensi pemerasan. Freidson
mengatakan bahwa “Posisi khusus dokter akan terancam apabila tindakan dan
keputusannya harus jelas dan dibenarkan oleh pasien”. Desakan untuk mempercayai
merupakan cara agar pasien pasrah saja pada dokter, ini memungkinkan dokter
mempertahankan bahwa merekalah yang berwenang dalam pengetahuan tersebut. Kemampuan
dokter dalam mengotrol dan memanipulasi inilah yang bertentangan dengan
hubungan dokter – pasien.
Didalam Stratifikasi
medis berkaitan dengan adanya ketidaktahuan, maka perubahan dalam sistem
kesehatan memerlukan perubahan yang jelas didalam penyampaian informasi. Dalam
suatu pembahasan tentang fungsi social dari ketidaktahuan, Moore dan Tumin mengemukakan
bahwa “ketidaktahuan konsumen terhadap suatu pelayanan khusus dapat membantu
melindungi posisi dari pemberi pelayanan”. Implikasi disini adalah bahwa posisi
spesialis mungkin dalam bahaya bila pasien menjadi dokter.
Ketidaktahuan konsumen kesehatan ada 3 penyebab yaitu:
1. Adanya ketidakpastian pada effek pelayanan yang
menyebabkan orang awam tidak mengetahui tentang prosedur dari pengobatan.
2. Pelayanan medis tidak dapat
diperjualbelikan.
3. Profesi medis yang tidak berusaha untuk memberikan informasi pada pasien dan menyembunyikan
informasi pasien
yang
memiliki status pasien yang rendah atau sulit untuk memperoleh informasi. Proses penyampaian informasi seharusnya
dilakukan secara jujur, terperinci, dan berorientasi manusiawi karena pasien
biasanya jarang meminta informasi terperinci dari dokter.
Di dalam stratifikasi sosial yang ada di masyarakat
memiliki beberapa dampak terhadap kesehatan. Stratifikasi sosial ternyata
berhubungan dengan jenis gangguan mental yang dapat terjadi pada seorang
individu. Terdapat distribusi gangguan mental secara berbeda antara kelompok
masyarakat yang berada pada strata sosial yang tinggi dengan strata sosial yang
rendah. Dimana masyarakat dengan kelas sosial yang rendah prevelansi psikotik
yang tinggi, sedangkan prevelansi neurotic lebih banyak pada kelompok kelas.
Hipotesis seleksi sosial
menjelaskan bahwa seseorang yang mengalami gangguan mental karena hal yang
membuatnya menjadi miskin atau peluncuran kebawah dari status sosial tinggi ke
status sosial yang rendah. Hal ini menyebabkan seseorang mengalami gangguan
mental karena factor psikologis, genetik, dan konstiusi.
Hipotesis sebab sosial menjelaskan
bahwa orang yang miskin memang memiliki kecenderungan untuk sakit mental.
Hal ini karena dua kemungkinan yaitu:
1.
Sifat kecenderungan personal yang
dimiliki sepeti; perasaan tidak berdaya dan kurang pengendalian terhadap diri
sendiri.
2.
Kondisi sosial seperti kekurangan
memperoleh doronggan dari orang lain.
Stratifikasi
sosial terhadap kesehatan digolongkan sebagai pengaruh yang bersifat tidak
langsung akibat dari ketidaksamaan tingkat ekonomi anggota masyarakat. Selain
itu, perbedaan akses pada kebutuhan kesehatan dipengaruhi oleh kondisi
masyarakat. Masyarakat kelas atas memiliki akses terhadap fasilitas kesehatan
yang lebih baik, seperti makanan bergizi dan apabila sakit mampu membeli obat,
serta memanfaatkan rumah sakit dengan fasilitas dan pelayanan yang memadai.
Berbeda dengan masyarakat kelas bawah yang tidak mampu membeli makanan dengan
gizi lebih baik dan tinggal di lingkungan yang tidak sehat, serta kemungkinan
untuk terserang penyakit lebih besar, jika sakit, mereka tidak dapat membeli
obat serta mengakses fasilitas kesehatan yang berkualitas baik. Akibatnya,
penyakit yang sebenarnya ringan dan mudah untuk disembuhkan, tetapi justru
mematikan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
A. Status dalam Stratifikasi Sosial di Masyarakat
Status
merupakan suatu lapisan di dalam kehidupan bermasyarakat. Seseorang dapat memiliki lebih dari satu status
(kedudukan) yang disebut perangkat status atau status set. Setiap status
menyediakan panduan bagaimana seseorang harus bertindak dan berperasaan. Status
menempatkan seseorang pada batas apa yang dapat atau tidak dapat di lakukan
karena status sosial merupakan bagian yang hakiki dalam struktur sosial, maka
status sosial ditemukan dalam semua kelompok manusia.
B.
Peran dalam Stratifikasi
Sosial di Masyarakat
Peran memaparkan apa
yang diharapkan seseorang. Peran merupakan serangkaian peran atau konsep
tentang apa saja yang dilakukan individu dalam masyarakat. Peran memiliki
fungsi mengarahkan seseorang melakukan hal-hal yang sesuai dengan status
sosialnya. Peranan mengatur perilaku seseorang. Orang yang
bersangkutan akan dapat menyesuaikan perilaku sendiri dengan perilaku orang
lain. Ketegangan peran adalah suatu
keadaan yang menunjukan ketidaksanggupan individu menjalankan perannya karena
dianggap tidak sesuai dengan keberadaan dirinya.
C.
Status dan
Peran melalui Stratifikasi Sosial dalam Kesehatan
Terdapatnya stratifikasi sosial di
masyarakat mempengaruhi timbulnya perbedaan gaya hidup, peluang hidup dan
kesehatan, peluang bekerja dan berusaha, respons terhadap perubahan,
kebahagiaan dan sosialisasi dalam keluarga, serta perilaku politik. Status dan
peran memiliki hubungan yang erat dan sulit sekali dipisahkan karena merupakan
unsur penentu bagi penempatan seseorang dalam strata tertentu dalam masyarakat.
Stratifikasi sosial sering kali ditemukan dalam pelayanan di bidang kesehatan.
Tiga dasar stratifikasi dalam sistem kesehatan yaitu: profesionalisme,
elitisme, keterbatasan komunikasi dan stratifikasi medis. Di dalam stratifikasi sosial yang ada di masyarakat
memiliki beberapa dampak terhadap kesehatan. Stratifikasi sosial ternyata
berhubungan dengan jenis gangguan mental yang dapat terjadi pada seorang
individu
3.2 Saran
1. Seseorang yang memiliki status diharapkan mampu berperilaku
sesuai kompetensi bidangnya serta mampu menempatkan apa yang dapat atau tidak
dapat dilakukan dengan tepat sesuai dengan peran yang bertaut dengan dirinya.
2. Stratifikasi sosial sebaiknya dijadikan motivasi yang kuat
dan bukan menjadi halangan untuk menjadi lebih baik.
3. Setiap orang diharapkan dapat mengembangkan sifat optimis
dalam dirinya sehingga tidak mudah mengalami gangguan mental akibat
stratifikasi sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Agung,
Raharjo.Buku Kantong Sosiologi.
Yogyakarta: Pustaka Widyatama.
Maryati, kun. 1999. Sosiologi Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Pujiastuti, pulline. 2007. Sosiologi. Jakarta: Grasindo.
Waluyo, bagja. 2004. Sosiologi Menyelami Fenomena Sosial di
masyarakat.
Bandung:
PT. Setia Purna Inves.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar