Rabu, 03 Juli 2013

Andai selalu tersenyum dan menjadi terbaik


Tak Selamanya Menjadi Yang Terbaik Itu Indah

Jika aku menjadi Erica goldson mungkin aku akan sangat senang dan bahagia karena aku akan selalu menjadi yang terbaik. Tetapi yang aku tidak harapkan dalam kehidupan Erica goldson untuk hadir dalam hidupku yaitu saat Erica goldson tidak pernah menikmati hidupnya dan malah diperbudak oleh ambisinya untuk menjadi yang terbaik. Dalam hidupku aku selalu berusaha menjadi yang terbaik namun, tetap saja ada lagi seseorang yang lebih baik dariku. Kesuksesan seseorang akan dibatasi oleh kesuksesan orang lain. Namun, selama aku masih hidup harapan dan mimpi akan selalu hidup karena inilah aku.

Sungguh ironis saat mengetahui seorang Erica goldson yang penuh dengan kesempurnaan ternyata tidak dapat merasakan keindahan hidup dan keindahan untuk bermimpi. Dan akupun ingin bertanya, bagaimanakah masa kecilnya saat dahulu? Apakah dia mempunyai masa-masa yang indah atau hanya belajar, belajar dan belajar? Padahal disaat masa kecil aku juga seperti Erica goldson, aku selalu mengerjakan PR-ku disaat malam hari. Berbeda dengan Erica yang tidak pernah bermain, aku malah termasuk golongan anak yang rajin bermain dan rajin belajar. Apakah Erica pernah menjadi seorang anak nakal? Seperinya tidak karena dia selalu menjadi anak yang penurut. Berbeda dengan aku yang sering berbuat nakal dan membuat pusing kedua orang tuaku. Perempuan yang seharusnya berperilaku manis, dan manja tetapi dulu aku tidak berlaku manis, aku suka memanjat pohon bersama teman laki-laki, bermain sepak bola, bermain lumpur dan bahkan aku sering mengajak teman laki-lakiku untuk bermain masak-masakan dan bermain boneka. Itu sedikit cerita mengenai kehidupanku dimasa kecil. Aku takut menjadi Erica karena aku tidak akan mendapatkan keindahan hidup.

Aku suka dengan kutipan pidato Erica “saya adalah seorang manusia, seorang pemikir, pencari pengalaman hidup bukan pekerja. Pekerja adalah orang yang terjebak dalam pengulangan, seorang budak. Sekarang, saya telah berhasil menunjukan bahwa saya adalah budak terpintar.” Sungguh menakutkan untuk menjadi seorang budak terpintar, ia kurang memiliki kerendahan hati untuk menjalani kehidupan. Ia selalu mengikuti nafsu dan ambisinya sehingga tidak menikmati keindahannya menjadi yang terbaik. Dan bukankah dia mengatakan kalau dia seorang manusia kenapa tidak mau dan menutup diri untuk merasakan kehidupan manusia. Kemudian dia adalah seorang pemikir, kenapa dia tidak berfikir untuk keluar dari kehidupan menakutkannya walaupun satu kali saja, asalkan merasakan keindahan dan kesenangan. Lalu bukankah ia adalah pencari pengalaman hidup, kenapa tidak berusaha membuat dan menghias sendiri hidupnya untuk menciptakan pengalaman hidup yang luar biasa. Dan ia bukan pekerja, kenapa ia tidak melakukan suatu kegiatan inovasi lain, bukankah dia seorang pemikir, apakah seorang budak tidak bisa berpikir menjadi seorang majikan? Kenapa memilih menjadi pekerja disaat kita memiliki peluang untuk menjadi seorang yang menciptakan kerja? Bukankah kita pemikir, kenapa sekali saja tidak berpikir untuk menciptakan dan membentuk, kenapa selalu berpikir diciptakan dan dibentuk? Bukankah diri kita adalah kita. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar