Minggu, 17 November 2013

Konsekuensi Stratifikasi Sosial



Perbedaan tingkat pendidikan, kekayaan, status atau perbedaan kelas sosial tidak cuma mempengaruhi perbedaan dalam hal gaya hidup atau tindakan, tetapi –seperti ditulis Horton dan Hunt (1987)– juga menimbulkan sejumlah perbedaan dalam berbagai aspek kehidupan manusia, seperti peluang hiduo dan kesehatan, peluang bekerja danberusaha, respons terhadap perubahan, pola sosialisasi dalam keluarga, dan perilaku politik.

Gaya hidup.

Gaya hidup (life style) yang ditampilkan antara kelas sosial satu dengan kelas sosial yang lain dalam banyak hal tidaklah sama, bahkan ada kecenderungan masing-masing kelas mencoba mengembangkan gaya hidup ekslusif untuk membedakan dirinya dengan kelas sosial yang lain. Berbeda dengan kelas sosial rendah yang umumnya bersikap konservatif di bidang agama, moralitas, selera pakaian, selera makanan, cara baru perawatan kesehatan, cara mendidik anak, dan hal-hal lainya, gaya hidup dan penampilan kelas sosial menengah dan atas umumnya lebih atraktif dan eksklusif (Dickson, 1968).
Mulai dari tutur kata, cara berpakaian, pilihan hiburan, pemanfaatan waktu luang, pola berlibur, dan sebagainya, antar kelas yang satu dengan yang lainnya umumnya tidak sama. Sebuah keluarga yang berasal dari kelas atas, mereka biasanya akan cenderung memilih berlibur ke luar negeri. Setiap bulan atau minimal setiap liburan semester anak-anaknya, mereka akan menyembatkan waktu pergi ke Singapura, Australia, Hongkong, Amerika, atau Eropa. Untuk keluarga kelas menengah, tempat untuk berlibur biasanya tidak di luar negeri, tetapi cukup di Bali,  Lombok, Yogyakarta, atau Jakarta. Untuk keluarga kelas bawah, biasanya mereka hanya berlibur di kota-kota terdekat yang udaranya lebih sejuk atau sekedar berjalan-jelan di pusat-pusat perbelanjaaan untuk  menghabiskan waktu luang. Di kalangan keluarga yang benar-benar miskin, mereka bahkan hanya mengisi waktu luang dengan menikmati tontonan televisi di rumah, atau sesekali ke kebun binatang, taman hiburan rakyat, pantai, dan sebagainya.

DIMENSI SOSIAL BUDAYA KESEHATAN



DIMENSI SOSIAL BUDAYA KESEHATAN
Manusia hidup dan dibesarkan dalam ligkungan sosial tetentu.secara sosiologis, individu merupakan representasi dikehidupan lingkungan sosialnya.segala yang  terjadi di lingkungan sosialnya di amati, di pelajari, dan kemungkinan di intregasikan dan di internalisasi sebagai bagian dari kehidupannya sendiri. Setiap individu memiliki identitas sesuai lingkungan sosialnya. Apa yang di lakukan, gagasannya, perasaannya merupakan hasil pembentukan lingkungan sosialnya.
Lingkungan sosial secara nyata juga mempengaruhi perilaku sehat dan sakit. Peran sehat dan sakit juga berkaitan dengan nilai sosialnya.individu akan berperan seht atau sakit. Diantara factor lingkungan sosial yang sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan mental adalah stratifikasi sosial, pekerjaan, keluarga, budaya, perubahan sosial, stressor psikososial. 

A.     STRATIFIKASI SOSIAL
Masyarakat kita terbagi menjadi kelompok

Kamis, 14 November 2013

Penyakit Gomerulus


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Ginjal manusia masing-masing terdiri dari kurang lebih satu juta nefron. Setiap nefron memiliki sebuah glomerulus yang merupakan suatu organ epitelio-vaskuler yang dirancang untuk filtrasi ultra dari plasma dan glomerulus terletak di korteks ginjal dan hasil penyaringannya akan menuju tubulus ginjal. Fungsi utama ginjal adalah mengekskresikan/mensekresikan zat sisa metabolisme dan zat-zat lain yang berbahaya terhadap tubuh, sambil mempertahankan konstituen darah yang masih berguna. Selain itu, ginjal juga mempunyai fungsi endokrin yang penting. Penyebab sering terjadinya kegagalan ketiga fungsi utama ginjal karena adanya penyakit ginjal, sering juga didapatkan suatu keadaan dimana penyakit ginjal mempengaruhi dua fungsi yang pertama tanpa mempengaruhi fungsi ketiga (Davey, 2005: 234).
Menurut kebiasaan, penyakit ginjal dibagi berdasarkan perubahan yang mengenai empat komponen morfologik dasar : glomerulus, tubulus, interstisium dan pembuluh darah. Beberapa komponen tampak lebih rawan terhadap bentuk-bentuk spesifik kerusakan ginjal seperti pada glomelurus. Kerusakan yang terjadi pada glomerulus menyebabkan adanya penyakit glomelurus yang paling sering diperantarai secara imunologik (Robbins dan Vinay, 1995: 183). Walaupun terdapat banyak jenis penyakit yang menyerang glomerulus, namun efek dari kerusakan glomerulus hampir sama pada setiap penyebabnya. Penyakit glomerulus merupakan beberapa dari problema utama yang di jumpai dalam nefrologi (O’callagan, 2009: 69).
B.    TUJUAN
Mengetahui mengenai penyakit glomerulus.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Glomelurus merupakan suatu kapiler yang dikelilingi oleh kapsula Bowman, kumpulan epitel tubulus berbentuk kapsul cekung dimana urin difiltrasi. Glomelurus juga mengandung sel mesangial yang merupakan penggantung untuk menyangga lengkung kapiler dan memiliki kemampuan kontraktil dan fagositik (O’callagan, 2009: 13). Fungsi glomelurus yaitu sebagai sawar filtrasi, eliminasi toksin/sisa metabolisme, dan konservasi konstituen darah normal (Davey, 2005: 235).
Glomerulus dapat rusak karena sejumlah faktor dan selama perjalanan klinik beberapa penyakit sistemik. Penyakit imunologik seperti lupus eritematosus (SLE), dan kelainan vaskuler, serta penyakit metabolik dan beberapa kondisi murni herediter (Robbins dan Vinay, 1995: 185). Penyakit  glomerulus adalah penyakit yang menyerang glomerulus. Menurut O’callagan (2009: 69), kerusakan akibat penyakit yang menyerang glomerulus memiliki efek yang relatif hampir sama seperti:
a.    Penurunan laju filtrasi glomerulus akibat kerusakan kompenen glomerulus.
b.    Proteinuria yang disebabkan oleh kebocoran protein melalui membran basal glomerulus.
c.    Hematuria akibat cedera glomerulus aktif, menyebabkan perdarahan glomerulus.
d.    Hipertensi akibat retensi natrium dan air, sering kali dengan sekresi renin berlebih.
e.    Edema yang juga disebabkan retensi natrium dan air, sering kali dengan sekresi renin berlebih.