Sabtu, 18 Mei 2013

Program Advokasi Kesehatan Reproduksi Remaja



Program Advokasi Peningkatan
Hak Kesehatan Reproduksi Remaja


Robiatul Adawiah
Kesehatan Masyarakat


Pendahuluan
          Kelompok yang paling rentan terhadap pengabaian hak-hak reproduksi adalah remaja. Remaja kerap kali diperlakukan dengan tidak adil. Masalah remaja dengan alat reproduksinya kurang mendapat perhatian karena umur remaja yang masih muda. Para remaja yang masih terikat dengan status pelajar seolah-olah dianggap bebas dari masalah dan penyakit yang berkenaan dengan alat reproduksi. Dengan seiring berkembangnya teknologi, informasi dan komunikasi, remaja dapat dengan mudahnya mengetahui informasi dunia mengenai fungsi alat reproduksi dan cenderung menjurus pada pelaksanaan hubungan seksual yang bebas. Bahkan di kalangan remaja terjadi revolusi hubungan seksualitas yang bebas tanpa batas atau liberalis.
Hidup di zaman teknologi memang penuh dengan tantangan, terutama bagi remaja. Gempuran kebudayaan asing masuk lewat internet dan televisi sehingga menimbulkan dampak yang kompleks terhadap pola pikir remaja. Hal tersebut dapat terlihat jelas lewat perilaku/tingkah laku, model pakaian dan gaya hidup. Remaja yang gelisah dan yang selalu menginginkan hal instan akan lebih mudah menyerap hal-hal yang negatif. Informasi yang mudah diakses semakin menjerumuskan remaja untuk mengikuti kebudayaan yang negatif dari negara lain, seperti hubungan seksual pranikah. Hubungan seksual tersebut bahkan lebih banyak penyimpangannya seperti Homoseks. Dalam melakukan hubungan seksual, seorang remaja akan mendapati kemungkinan yaitu kehamilan yang tidak dikehendaki dan Penyakit akibat hubungan seksual yang menjurus pada kematian, serta terganggunya psikologis remaja. Hal-hal tersebut dikarenakan rendahnya keimanan seseorang remaja dan penurunan moral remaja bangsa serta tidak diamalkannya pancasila didalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat.
Dari zaman ke zaman gaya hidup remaja selalu menginginkan perbedaan dengan zaman sebelumnya. Para remaja menganggap bahwa merekalah yang paling nyentrik. Pada zaman sekarang ini, kebebasan pola pikir pada remaja sangatlah berkembang pesat. Para remaja menganggap layak melakukan segala hal, maka berpotensi muncul anggapan pada remaja bahwa perilaku seks pun dapat dilakukan secara bebas.
Perilaku seks bebas sudah sangat memprihatinkan dan menjadi masalah mendesak yang perlu segera diantisipasi dan ditangani. Legalisasi dan batasan antara yang boleh dan yang tidak boleh menjadi kabur. Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut di atas dibutuhkan suatu tempat dimana mahasiswa dapat datang untuk memperoleh penyelesaian mengenai permasalahan kesehatan reproduksi seperti , HIV-AIDS, narkoba serta konsultasi seputar problematika remaja.
           
A.   Pengertian
Advoksai secara harfiah berarti pembelaan,sokongan atau bantuan terhadap seseorang yang mempunyai permasalahan.Istilah advokasi mula-mula digunakan di bidang hukum atau pengadilan. Menurut Johns Hopkins (1990) advokasi adalah usaha untuk mempengaruhi kebijakan publik melalui bermacam-macam bentuk komunikasi persuasif.
Istilah advocacy/advokasi di bidang kesehatan mulai digunakan dalam program kesehatan masyarakat pertama kali oleh WHO pada tahun 1984 sebagai salah satu strategi global Pendidikan atau Promosi Kesehatan.WHO merumuskan bahwa dalam mewujudkan visi dan misi Promosi Kesehatan secara efektif  menggunakan 3 strategi pokok,yaitu :
1.Advocacy
2. Social support
3. Empowerment.
Advokasi diartikan sebagai upaya pendekatan terhadap orang lain yang dianggap mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan suatu program  atau kegiatan yang dilaksanakan.Oleh karena itu yang menjadi sasaran advokasi adalah para pemimpin atau pengambil kebijakan( policy makers) atau pembuat keputusan(decision makers) baik di institusi pemerintah maupun swasta. 
Kesehatan Reproduksi pada remaja merupakan masalah yang sangat penting sehingga dibutuhkan perhatian yang ekstra. Kesehatan reproduksi untuk remaja bukan hanya sekedar kebutuhan semata. Namun, Kesehatan reproduksi pada remaja ini merupakan hak asasi manusia. Kesehatan Reproduksi menurut ICPD adalah keadaan sehat jasmani, rohani, dan bukan hanya terlepas dari ketidakhadiran penyakit atau kecacatan semata, yang berhubungan dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi.
 Masalah kesehatan remaja yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi remaja adalah sebagai berikut:
a.       Masalah gizi
Meliputi anemia,kurang gizi, pertumbuhan terhambat. Khusus untuk remaja putri, bila pertumbuhan panggul sempit dapat berisiko pad proses melahirkan bayi berat dikemudian hari.
b.      Masalah seks dan seksual
Penyalahgunaan peran seks dan seksualitas, penanganan kehamilan remaja
c.       Gaya hidup Remaja
Gaya hidup remaja sangat mempengaruhi kesehatan reproduksinya.
            Masalah-masalah tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
1.      Masalah kemiskinan
2.      Kurang tersedianya lapangan kerja
3.      Rendahnya tingkat pengetahuan remaja tentang Kesehatan Reproduksi

B.   Tujuan
Memperbaiki dan meningkatkan derajat status kesehatan reproduksi remaja

C.   Sasaran
Aktivis mahasiswa yang bergerak di bidang kesehatan reproduksi yang bersedia aktif, dan kreatif mengembangkan wadah berkumpulnya para aktivis kesehatan reproduksi baik didalam kampus maupun di luar kampus.

1.      Tenaga profesional kesehatan
Sebagian besar peran tenaga profesional adalah Promosi kesehatan dan pencegahan terhadap penyakit. Promosi kesehatan bukan hanya deteksi awal dan pengobatan penyakit. Tetapi juga berkaitan dengan pendekatan terhadap seseorang secara holistik.
2.      Institusi Pelaksana Kesehatan
Institusi pelaksana berperan sebagai lembaga yang melaksanakan suatu program kesehatan.

3.      Organisasi massa
Organisasi yang menggerakkan serta mengumpulkan masa dan membentuk kesatuan yang utuh dalam proses upaya peningkatan kesehatan reproduksi remaja.
4.      Organisasi Profesi Kesehatan
Forum komunikasi yang diadakan bertujuan untuk meningkatkan peran organisasi profesi di bidang kesehatan dalam ikut serta dalam pembangunan program kesehatan reproduksi yang menjadi hak remaja.
5.      LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat)
Lembaga ini berperan dalam menggerakan masyarakat untuk meningkatkan kesehatan reproduksi.
6.      Kelompok Orang yang Berpengaruh dalam Masyarakat
Kelompok Orang yang berpengaruh dalam masyarakat diharapkan mampu menggerakkan partisipasi masyarakat dalam menjaga kesehatan reproduksi pada remaja sehingga dapat meningkatkan status kesehatan reproduksi dalam masyarakat.
7.      Kelompok media massa
Kelompok ini berperan untuk meraih dukungan masa melalui media masa serta memberikan informasi sehingga para masyarakat tergerak untuk meningkatkan kesehatan reproduksinya serta reproduksi para remaja. Kelompok media masa ini berperan menyebarluaskan informasi mengenai pentingnya kesehatan reproduksi untuk remaja.
8.      Kelompok pengusaha yang terkait Kesehatan
Kelompok ini berperan dalam penguat progam dan pemberi dukungan financial untuk proses peningkatan kesehatan reproduksi.
9.      Kelompok peduli Kesehatan
Kelompok ini merupakan kelompok yang peduli terhadap kesehatan reproduksi para remaja.
10.  Mahasiswa/aktifis kesehatan
Kelompok aktifis mahasiswa yang berperan untuk mengawali sebuah gerakan program peningkatan kesehatan reproduksi pada remaja.


D.    Cara Pelaksanaan
1.      Mengadakan penyuluhan kepada remaja secara intensif.
2.      Mengadakan kegiatan pelatihan kesehatan reproduksi kepada remaja.
3.      Membuat program khusus untuk pelayanan kesehatan reproduksi bagi remaja di polindes, puskesmas, rumah sakit, dll.
4.      Meningkatkan Aktivitas remaja pada kegiatan positif yang produktif.
5.      Memberikan Pendidikan seks positif  kepada remaja.

E.   Langkah-Langkah Pelaksanaan
1.      Identifikasi masalah kesehatan reproduksi remaja yang berisiko
2.      Pembentukan organisasi aktivis KesPro
Kegiatan untuk membangun inisiatif kesehatan seksual dan reproduksi di kelompok mahasiswa dan masyarakat. Memfasilitasi aktivitas pelayanan kesehatan seksual dan reproduksi mahasiswa dan penyelenggaraan kegiatan peningkatan kesadaran kesehatan reproduksi bagi remaja.
3.      Sosialisasi Adanya Kelompok Awal Kesehatan Reproduksi di antara Mahasiswa dan masyarakat
Sosialisasi ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa dan pada masyarakat mengenai pentingnya menjaga organ reproduksi. Selain itu, lebih menekankan agar para remaja mendapat pemahaman yang benar mengenai kesehatan reproduksi serta pendidikan seks yang telah di dapatkan.
4.      Kegiatan pelaksanaan program khusus untuk pelayanan kesehatan reproduksi bagi remaja seperti:
-          Keluarga Berencana untuk remaja berisiko
-          Pemberian Pemahaman yang benar mengenai seks
-          Cara menjaga kesehatan organ reproduksi remaja
-          Program konseling kesehatan reproduksi bagi remaja
5.      Kegiatan pengawasan bagi  remaja berisiko melalui pengawasan tertutup dari orang tua
Orang tua sebaiknya memberikan alternatif-alternatif kegiatan yang positif bagi remaja yang sedang tumbuh untuk mengurangi gejolak nafsu seks para remaja. Para orang tua hendaknya, tidak segan dalam membekali diri dengan membaca isu-isu kesehatan reproduksi anak atau remaja secara utuh, agar tidak menimbulkan salah persepsi tentang pentingnya pendidikan kesehatan reproduksi untuk anak-anak dan untuk remaja.

F.    Indikator Keberhasilan
1.       Ada peningkatan kesehatan reproduksi remaja
2.       Ada organisasi kespro
3.       Ada forum komunikasi
4.       Program yang terlaksana
5.       Ada dokumentasi kegiatan
6.       Ada kesepakatan tertulis dan lisan
7.       Ada opini publik

Referensi
Ida ayu.2006.Edisi 2Memahami kesehatan Reproduksi wanita.Jakarta:EGC
Saparinah Sadli.2010.Berbeda tapi setara.Jakarta:Kompas Media Nusantara
Surbakti.2009.Kenalilah Anak Remaja Anda.Jakarta: Elex Media Komputindo
Fery Efendi.2009.Keperawatan dan kesehatan komunitas.Jakarta :Salemba Medika